Bunga Toleransi di Tengah Arus Globalisasi
Salah satu identitas bangsa Indonesia yang paling dikenal dari dulu hingga saat ini adalah keberagaman atau kebinekaan yang dimiliki. Identitas tersebut terbentuk dalam waktu yang jelas tidak singkat, namun dari hasil sejarah panjang yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lantas, apa yang dimaksud dengan kebinekaan yang istimewa itu?
Kebinekaan itu sendiri artinya beraneka ragam atau terdiri dari bermacam-macam dan banyak. Keberagaman tersebut mengarah pada banyaknya perbedaan yang ada dalam setiap unsur kehidupan. Akan tetapi, Kebinekaan lebih tertuju pada nilai nasional, yaitu beraneka ragamnya terletak pada suku bangsa, ras, agama, budaya, bahasa.
Banyaknya keberagaman yang ada di Indonesia menjadikan kita sebagai warga negara yang harus memiliki kesadaran akan toleransi yang tinggi. Pemahaman akan keindahan bunga toleransi ini harus melekat dalam diri setiap individu, karena keberagaman bukan hanya tentang perbedaan. Tetapi, tentang bagaimana kita bisa menyatukan semua perbedaan yang ada menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Terutama di tengah arus globalisasi.
Namun, kenyataanya saat ini banyak masyarakat yang tidak lagi memiliki sikap dan semangat toleransi. Sikap toleransi itu hanya sekadar materi yang didapat dan didengar saat duduk di bangku sekolah tanpa adanya penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi dengan kuat arus globalisasi yang meningkat, semangat toleransi juga ikut kuat. Akan tetapi, ke arah yang berlawanan yaitu penurunan.
Globalisasi merupakan suatu pembahasan yang tidak pernah berhenti dibicarakan karena proses mendunia pun selalu terjadi. Arus globalisasi adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari lagi di tengah masyarakat dan telah memengaruhi segala aspek kehidupan, mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi, sosial hingga kebudayaan. Pengaruh positif dan negatif dari globalisasi itu sendiri juga sudah tampak dan diketahui hampir setiap individu.
Kita sebagai masyarakat Indonesia mau tidak mau harus mengikuti perkembangan dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Namun, pemahaman akan nilai-nilai pancasila dan toleransi harus tetap diperhatikan agar kita tidak terjebak dalam pengaruh yang negatif. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki latar belakang budaya yang beragam.
Pengaruh globalisasi itu menjadi tantangan bagi setiap masyarakat Indonesia, khususnya bagi generasi milenial yang selalu ingin mencoba hal baru dalam hidupnya. Maka dari itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengharapkan sekolah menjadi salah satu wadah untuk mengembangkan karakter Pelajar Pancasila demi mewujudkan pelajar Indonesia yang memiliki karakter Pancasila sekaligus berwawasan global.
Berkenaan dengan keberagaman yang dimiliki Indonesia, salah satu dari enam kriteria Profil Pelajar Pancasila adalah karakter berkebinekaan global. Kebinekaan global adalah perasaan menghormati keberagaman dan toleransi terhadap perbedaan. Besar sekali makna dan harapan yang terkandung dalam nilai tersebut kepada kita sebagai generasi-generasi penerus dan pelurus bangsa.
Dalam hal ini, pelajar diharapkan memiliki semangat untuk mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitas bangsa. Namun, tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Hingga nantinya akan menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Untuk menumbuhkan karakter kebinekaan global di tengah kuatnya arus globalisasi, ada banyak hal yang bisa dilakukan, seperti :
- Bergaul dengan siapa saja tanpa memandang suku, ras, dan agama.
- Tidak mengganggu individu dalam menjalankan agamanya.
- Menghargai setiap pendapat yang disampaikan oleh siapa saja.
- Menyaring setiap kebudayaan baru yang masuk ke Indonesia.
- Menjunjung kebudayaan lokal (daerah sendiri maupun daerah lain).
Di antara semua hal yang telah disebutkan, semuanya tetap kembali pada kesadaran toleransi yang tinggi untuk menerima keberagaman yang ada. Toleransi dapat dimulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Toleransi bisa didapatkan sekaligus diterapkan mulai dari ruang lingkup yang kecil seperti keluarga, lalu meningkat pada ruang lingkup yang lebih luas, yaitu dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sebagai mahkluk yang memiliki budi pekerti, sudah seharusnya bagi kita untuk dapat menjunjung tinggi toleransi yang berpedomankan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Di mana, nilai-nilai tersebut mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati setiap perbedaan dalam ideologi maupun keyakinan dalam berkehidupan. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, masalah atau konflik yang timbul karena perbedaan perbedaan suku budaya, ras, serta agama akan hilang. Tidak ada lagi dominasi suatu kelompok di atas kelompok lainnya, serta tidak akan ada lagi masalah atau konflik yang dapat membahayakan kehidupan bermasyarakat.
Abdurrahman Wahid pernah berkata, “Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya”. Maksud atas perkataan yang diucapkan beliau, hendaknya kita bangsa Indonesia memiliki pemahaman atau pengetahuan terlebih dahulu mengenai suatu hal sebelum berkata atau pun bertindak. Rasa empati pun harus sudah lebih dulu dibangun dan melekat. Dengan memiliki pemahaman atau pengetahuan yang luas serta rasa empati, seorang individu akan dapat menilai setiap perkataanya dari sudut pandang dirinya dan orang lain sehingga rasa toleransi atau tenggang rasa dapat dibangun.
Era globalisasi tidak akan menghapuskan jati diri setiap generasi milenial sebagai masyarakat Indonesia, bangsa yang berbineka. Generasi Pelajar Pancasila yang berkebinekaan global akan tumbuh menjadi generasi yang menghargai budayanya namun tidak menutup diri dari pengaruh luar.
Think Global, Act Local. Semoga Indonesia selalu dijaga oleh generasi muda, sang Pelajar Pancasila.
Artikel ini telah terbit di harian Belitong Ekspres pada Selasa (02/11/2021)
Friya Amanda
Peserta 09 Kategori Siswa, Kompetisi #Gerbangmenulis2021
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Dinamika Sosial Dunia Penyiaran: Memulai Siaran Berkualitas Dari Sekolah
Di era modernisasi dan globalisasi, perkembangan televisi mengalami transformasi yang tidak terduga. Kini, televisi tidak hanya berbentuk layar yang besar, namun sudah bisa kita genggam
Fenomena Khong Guan dan Jebakan Euforia Timah di Bangka Belitung
Menjadi narasumber pada kegiatan Pemberdayaan Komunitas Penggerak Literasi Se-Babel (7 s.d 9 Juni 2022), membuat penulis termotivasi untuk menulis tulisan ini. Penulis tergelitik ketika
KONSELING INDIVIDU, CARA JITU ATASI MASALAH SISWA
Bimbingan dan Konseling memiliki peranan penting di sekolah. Sebagai wadah mengatasi masalah siswa, bimbingan konseling juga diharapkan dapat membantu siswa berkembang secara lebih opti
Merdeka Belajar dalam Pendidikan 4.0
Merdeka Belajar merupakan langkah awal pemerintah memulai revolusi pendidikan dengan konsep kemerdekaan dalam segala aspek pendidikan formal. Merdeka Belajar menjadi wadah untuk mencipt
Dampak Globalisasi Terhadap Perilaku Pelajar, Bahayakah?
Di era revolusi industri 4.0 saat ini, pengaruh budaya asing terhadap budaya lokal melesat begitu cepat tersebar. Peristiwa ini hampir tanpa sekat (jarak dan waktu) melalui media sosial
Merdeka Belajar di Tengah Gelombang Ketiga Masa Pandemi
Pendidikan merupakan sebuah usaha yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal yang nantinya bisa melahirkan individu-individ
Kepribadian Guru dan Pengaruhnya Terhadap Penguatan Pendidikan Karakter Siswa
Guru merupakan aktor utama dalam proses pembelajaran. Gurulah yang mempertimbangkan strategi pembelajaran yang efektif untuk diterapkan. Banyaknya variasi kualitas pengajaran dijelaskan
Penguatan Karakater Generasi Muda, Amankan Masa Depan Bangsa!
Generasi muda saat ini menjadi titik tolak keberhasilan dari negara. Tidak keliru jika disebut masa depan negara, karena kualitas dan kemajuan negara Indonesia memang bergantung pada ge
Esensialitas Pendidikan Karakter dalam Bermedia Sosial di Era Globalisasi
Sadar atau tidak, di zaman sekarang anak-anak jauh lebih individualis dibanding anak millenials (generasi Y) pada zamannya. Orang tua yang sibuk lebih memilih untuk memberikan gadget ke
Pentingnya Kokohkan Karakter Pemuda Masa Depan
Para pemuda adalah generasi penerus masa depan yang keberadaannya sangat menentukan langkah kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Keberadaan para generasi muda saat ini kela