
Kata Pengetuk Pintu Hati
Aku Qila lengkapnya Aquila Giichi. Umurku 16 tahun, dan sekarang menduduki bangku kelas XI di salah satu SMA favorit di daerahku. Semenjak adanya pandemi kami mulai bersekolah di rumah. Bukan hanya sekolah yang dari rumah, banyak juga pekerjaan yang bekerja dari rumah bahkan di rumahkan.
Keluarga ku bukanlah keluarga yang mengekang, Ayah dan Ibuku tidak menyukai apa yang Aku suka, yang aku rencanakan walaupun kadang tidak masuk akal mungkin martha Aku anak tunggal. Mereka mendukung apa yang Aku mau, tapi sepertinya untuk kali ini tidak, karena mungkin ini keputusan yang aneh dan terdengar agak gila di telinga mereka. Bagaimana tidak? Aku memutuskan untuk berhenti sekolah, ya Aku memang untuk memutuskan berhenti.
Dari awal Aku memang tidak menyukai sekolah, apalagi disaat seperti ini. Bertemu dengan teman - teman tidak bisa , makan di kantin enak apalagi, jangan kan untuk makan di kantin keluar rumah aja Ibuku sudan berteriak melarang, Aku bosan. Aku pengen langsung kerja. Aku merasa percuma tiap hari absen dan mengerjakan tugas yang tidak pernah Aku mengerti. Terkadang kalau Aku malas Aku minta bantuan temanku untuk mengerjakan tugasku tentunya tanpa sepengetahuan guruku. Aku bukan lah murid yang berprestasi tapi juga merupakan murid yang nakal. Kehidupan sekolah biasa - biasa saja.
Kembali untuk keinginanku berhenti sekolah, kurasa hari ini lah akhirnya Ayah Ibuku menanggapi permintaan ku. Dari hari yang lalu setelah Aku mengungkapkan Aku ingin berhenti sekolah Ayah Ibuku hanya diam dan bersikap biasa saja mungkin mereka berharap itu hanya bualan anaknya saja yang hampir gila karena tugasnya yang menumpuk. Tapi melihatku hanya berdiam diri di kamar dan meletakkan HP secara sembarangan di depan TV membuat mereka heran. Tepatnya setelah guruku menelpon untuk menanyakan kabarku, karena Aku sudah tiga hari tidak absen atau mengumpulkan tugas.
" Nak sini ada yang perlu Ayah tanyakan kepada kamu" ucap Ayah saat melihatku baru keluar kamar mandi, sepertinya ini adalah saat - saat yang ditunggu dari Ayahku melihat dari cara beliau menatapku.
" Iya, kenapa Yah" ucapku setelah mendaratkan bokongku di sebelah Ayah
" Kamu, kamu yakin tidak melanjutkan sekolah lagi?" tanya nya dengan menata ku serius. " Coba kamu jelasin alasan kamu pengen berhenti sekolah".
Aku hanya menghela nafas. Lalu menatap Ayah dan kemuadian menjelaskan Aku ingin berhenti.
" Qila capek Yah Qila pengen berhenti sekolah karena Qila merasa Qila tidak ngendapatin apa - apa, apalagi selama Qila sekolah dari rumah, Qila merasa itu semua hanya sia - sia. Kadang ada guru yang semuanya kasih tugas, terus ada guru yang cuman jelasin sekedarnya terus ada lagi kalau Qila Nanya ngga ditanggapi, dan Yah, sebenarnya Qila mau jujur ada beberapa tugas yang ngga Qila kerjaain sendiri, Qila minta bantuan teman Qila untuk ngerjain tugas itu. Lagian semenjak sekolah di rumah nilai Qila jelek semua Yah. Qila ngga suka " ucap ku menggebu.
Ayah hanya mengerjabkan matanya kemudian mempersilahkanku untuk melanjutkan alasanku.
" Lagian Yah, ada kok orang yang gak sekolah bisa jadi sukses, ada juga kok orang yang sekolahnya belajar apa, terus kerjanya jadi apa?, gak nyambung Yah sama latar belakang pendidikannya. Tapi mereka bisa sukses kan, Qila mau jadi kayak mereka Yah, dari pada sekolah buang - buang waktu. Buang -buang uang. " kataku diakhiri dengan wajah cemberut.
Ayah hanya terkekeh dan mengelus rambut ku pelan. " Nak sekolah itu penting, dari zaman kapan pun itu. Walupun menurutmu itu sia - sia. Tapi menurut Ayah tidak ada yang rugi dari sekolah. Tiap guru pasti mempunyai tujuan yang baik untuk mendidik anak muridnya, apalagi kalau anak muridnya seperti kamu ini " kata Ayah sambil mencubit pipi ku. Aku hanya manyun.
Ayah melanjutkan lagi, " mungkin menurut kamu guru yang ngasih tugas semuanya itu, cuman jelasin pelajaran secara asal - asalan adalah guru yang menyebalkan, tapi kamu bisa ambil hinmahnya dari sana kamu bisa sering berdiskusi dengan teman kamu untuk menyelesaikan tugas - tugas mereka, pikiran kamu lebih terbuka dan lebih penting, kamu lebih rajin baca buku atau artikel yang bermanfaat buat masa depan kamu. Menurut Ayah itu ngga sia - sia sama sekali. Dan dari itu juga kamu bisa belajar kalau setelah kehidupan sekolah itu banyak hal yang akan terjadi tiba - tiba, dan konteks nya lebih berat dan hanya sekedar tugas yang tiba - tiba dan seenaknya kalau kata kamu tadi. Nanti ketika kamu dewasa kamu akan bertemu dengan hal - hal yang lebih menyulitkan dari ini, di mulai dari rekan kerja yang tidak sepemikiran, atasan yang menuntut, pekerjaan yang tidak dihargai, dan masih banyak lagi masalah - masalah ketika sudah selesai masa - masa sekolahnya. "
Ayah meneguk teh yang ada di depannya. Lalu melanjutkan lagi, " Dan tentang ada yang sukses tanpa sekolah itu emang benar ada dan Ayah tidak menyalahi itu, tapi kamu pernah ngga tau apa yang benar - benar dijalani oleh orang tersebut. Perasaan mereka, pikiran mereka apa yang coba mereka pikirin ketika merintis karir mereka. Dan mereka memeng sudah mempunyai kemampuan dasar serta memeliki keahlian yang mungkin tidak banyak dimiliki orang. Sekarang Ayah tanya apakah keahlian yang dimiliki dari anak Ayah ? " . Aku hanya menggeleng pelan. Ayah hanya terkekeh.
" Terus dari mana kamu yakin mau berhenti sekolah? , Qila sekolah itu bukan hanya tentang cara mendapatkan nilai yang tinggi. Ayah mungkin adalah penentang yang paling kuat kalau anak Ayah sekolah untuk mendapat nilai yang paling tinggi. Ayah memeng pengen Qila sekolah yang tinggi jadi sarjanah pakai baju toga yang bagus nanti, tapi Ayah pengen Qila bahagia, bisa komunikasi secara baik dengan orang luar, memiliki teman yang mendukung mimpi Qila berjuang bersama Qila, tahu banyak ilmu. Dan yang paling utama Qila bisa bangun pagi - pagi " kata Ayah sambil tertawa perlahan
" Ayah apaan slh " sahut ku dengan muka memerah. Aku memeng mempunyai masalah dengan bangun pagi. " jadi masih mau berhenti sekolah ? " tanya Ayah sambil menaikkan alisnya
Aku hanya mengangkat bahu, mengambil HP depan TV kemudian izin untuk masuk kamar. Samar - samar aku mendengar suara Ibu bertanya gimana sama Ayah dan Ayah hanya tertawa pelan menanggapi. Sepertinya Aku harus memikirkan ulang keputusan ku karena ucapan Ayah tadi. Terima kasih Ayah kata - kata mu sore ini mengetuk hatiku, bahwa sekolah bukanlah hal yang sia - sia. Berkat itu Aku sadar pendidikan adalah kunci masa depan. Dan sekolah merupakan sarana untuk mendapatkan itu.
Cerpen oleh Putri Permatasari
(Siswi SMA Negeri 1 Manggar/ 106)
(Admin, HR)
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Merdeka Belajar Dalam Masa Pandemi COVID-19
Covid-19 tidak lagi menjadi kata yang asing ditelinga banyak orang, Virus yang hadir sejak Desember 2019 di Wuhan, China, ini menyebar begitu cepat ke berbagai penjuru dunia dalam hitun
Mosaik Modernisasi dalam Bernalar Kritis Pelajar Pancasila
Pada masa pandemi COVID-19 ini, pembelajaran tatap muka pada sekolah-sekolah di Indonesia menjadi lebih sulit untuk dilakukan. Salah satu upaya sekolah untuk menyelesaikan hal tersebut
Berkebinekaan Global bersama Globalisasi
Setiap negara, pastinya memiliki penerus sebagai penegak dan pemimpin bangsanya, yaitu muda-mudi saat ini, termasuk juga di Indonesia. Para generasi penerus ini merupakan harapan masa d
Bunga Toleransi di Tengah Arus Globalisasi
Salah satu identitas bangsa Indonesia yang paling dikenal dari dulu hingga saat ini adalah keberagaman atau kebinekaan yang dimiliki. Identitas tersebut terbentuk dalam waktu yang jelas
Peran Pemuda dalam Konstruksi Masa Depan Bangsa
Peran pemuda dalam pembangunan bangsa sangatlah penting. Hal ini dikarenakan pembangunan suatu bangsa terletak pada generasi penerusnya. Demokrasi, ekonomi, teknologi, dan kemajuan ilmu
Pendidikan Karakter, Upaya Mencegah Dampak Negatif Westernisasi
Pada era globalisasi, westernisasi terdapat dalam perilaku dan karakter remaja terjadi karena para kaum milenial atau para remaja menganggap budaya barat adalah budaya yang gaul, modern
Naik Kelas Tapi Tidak Belajar?: Solusi Merdeka Belajar Di tengah Pandemi
Penyebaran virus Covid-19 di Indonesia memberikan dampak besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Menteri Pendidikan, Bapak Nadiem Anwar Makarim, melalui surat edaran Mendik
TRANSFORMASI ASESMEN PEMBELAJARAN DALAM BINGKAI MERDEKA BELAJAR
Gaung program sekolah penggerak semakin terdengar akhir-akhirnya ini. Sebanyak 2500 sekolah dari 34 provinsi dan 111 kabupaten/kota di Indonesia sudah menerapkan program ini mulai tahun
Teknologi dan Perubahan Sosial di Era 4.0
Pada hakekatnya, kemajuan teknologi dan dampaknya terhadap kehidupan adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Namun, kita bisa mengambil langkah bijak terhadap diri kita sendiri, ke
Dampak Westernisasi Terhadap Karakter Remaja Masa Kini
Masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak menuju dewasa. Di mana, perilaku manusia muda ini bisa berubah dengan cepat, mengalami krisis identitas, dan juga emosi yang kuat. Re